![]() |
Foto: Pahlawan Nasional RA. Kartini |
Kartini berasal dari keluarga bangsawan Jawa. Meskipun memiliki latar belakang istimewa, ia menyadari ketidakadilan yang dialami perempuan pada masanya. Ia melihat bagaimana perempuan dibatasi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga hak-hak dasar lainnya. Kegelisahan ini mendorongnya untuk mencari jalan keluar, memperjuangkan kesetaraan gender, dan membuka cakrawala baru bagi perempuan Indonesia.
Pendidikan menjadi kunci utama dalam perjuangan Kartini. Ia rajin membaca buku-buku dan surat kabar, menguasai berbagai bahasa asing, dan menjalin korespondensi dengan sejumlah tokoh Belanda. Melalui surat-suratnya, Kartini mengungkapkan pemikirannya tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan, menentang praktik-praktik yang merugikan perempuan, dan menyampaikan aspirasinya untuk kemajuan bangsa. Surat-surat ini kemudian dikumpulkan dan diterbitkan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang menjadi salah satu karya monumental dan abadi dalam sejarah perjuangan perempuan Indonesia.
Kartini tidak hanya berjuang melalui tulisan. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial dan berusaha memberikan pendidikan kepada perempuan di sekitarnya. Meskipun kesempatannya terbatas, ia berupaya mendirikan sekolah untuk perempuan di Jepara setelah menikah dengan Bupati Jepara, Raden Adipati Joyodiningrat. Sayangnya, Kartini meninggal dunia pada usia muda, 17 September 1904, saat melahirkan putra pertamanya. Namun, semangat dan perjuangannya tetap hidup dan terus menginspirasi generasi penerus.
Warisan Kartini berupa pemikiran dan perjuangannya dalam memajukan perempuan Indonesia sangatlah berharga. Ia telah membuka jalan bagi perempuan untuk mendapatkan hak pendidikan, berperan aktif dalam masyarakat, dan mencapai kesetaraan gender. Meskipun masih banyak tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia hingga saat ini, semangat Kartini tetap menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk terus berjuang menuju keseteraan dan kemajuan. Peringatan Hari Kartini setiap tanggal 21 April menjadi momentum untuk mengenang jasa-jasa Kartini dan melanjutkan perjuangannya dalam mewujudkan cita-cita emansipasi perempuan. Kiprahnya tak hanya relevan di masa lalu, tetapi juga terus relevan hingga saat ini dan masa yang akan datang.