//]]> Cinta Terlarang di Bawah Langit Jingga -->

Menu Atas

close

Cinta Terlarang di Bawah Langit Jingga

Admin

Cinta Terlarang di Bawah Langit Jingga
Mentari senja menyaksikan pertemuan Ayu dan Rama. Secangkir kopi, senyum simpul, dan rahasia yang tersimpan di anatara dua hati. Kisah cinta terlarang yang terukir di antara hiruk pikuk kota.

Mentari senja menyapa Kota Belopa, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu. Di sebuah warung kopi pinggir jalan, Ayu dan Rama duduk bersebelahan, cangkir kopi mereka masih setengah penuh. Aroma kopi robusta khas Toraja bercampur dengan harum bunga kamboja dari pohon di seberang jalan.

 

Ayu, seorang guru SD dengan senyum yang selalu ramah, menatap Rama, seorang arsitek dengan tatapan mata yang teduh. Keduanya telah menikah, memiliki keluarga masing-masing. Namun, di antara hiruk pikuk kehidupan rumah tangga, terjalin ikatan yang tak terkatakan. Bukan nafsu semata, melainkan sebuah persahabatan yang mendalam, dibumbui rasa simpati dan saling pengertian yang melampaui batas.

 

Pertemuan mereka berawal dari sebuah proyek pembangunan sekolah di daerah pelosok.  Rama, sebagai arsitek, dan Ayu, sebagai pengawas proyek dari Dinas Pendidikan, sering berdiskusi hingga larut malam. Di tengah kesibukan dan tantangan, terjalin ikatan yang kuat di antara mereka.

 

 Baca Juga: Mentari Senja di Pantai Losari

 

Mereka berbagi cerita tentang kehidupan rumah tangga masing-masing, tentang suka dan duka, tentang anak-anak mereka. Mereka saling mendukung, saling menguatkan, tanpa pernah melampaui batas. Cinta mereka terbungkus rapi dalam diam, sebuah rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu.

 

Kadang, Ayu membayangkan bagaimana jika mereka bertemu di waktu yang berbeda, di tempat yang berbeda. Mungkin kisah mereka akan berbeda. Namun, kenyataan berkata lain. Mereka memilih untuk menjaga jarak, menjaga hati masing-masing, dan menghargai ikatan keluarga yang telah mereka bangun.

 

Di antara hiruk pikuk kota, cinta mereka tumbuh subur, tetapi tersembunyi. Sebuah cinta yang tak pernah terucap, tetapi terasa nyata dalam setiap tatapan mata, dalam setiap senyum, dalam setiap cangkir kopi yang mereka bagi bersama di bawah langit senja Belopa. Cinta terlarang yang hanya bisa dinikmati dalam diam, sebuah kenangan indah yang akan selalu terukir di hati mereka.

 

Baca Juga: Elegi di Bawah Hujan Makassar 

 

Klik Untuk Mengikuti Blog Jejak Pengabdi

Ikuti Jejak Pengabdi